Kami kutip dari sebuah blog pribadi yang penuh inspiratif, yang mungkin bisa menjadikan inspirasi untuk kita semua, menjadi tauladan terutama untuk mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pararawendy Indarjo, adalah pemuda dari salah satu kota di Kalimantan Tengah yang bertemu dengan bidikmisi. Anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Sularjo, adalah pegawai lapang pada bagian perencanaan dari salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang kehutanan. Sedangkan Ibu bernama Asih Indarti, sibuk mengurus rumah alias ibu rumah tangga. Sedikit membahas pekerjaan Bapak sebagai pekerja lapang, menghitung luasan lahan, mengukur diameter batang pohon, menebas semak untuk membuka lahan perusahaan adalah tugas utama yang menjadi rutinitas yang beliau jalani sebagai pekerjaan yang dicintainya sejak tahun 1984 beliau memutuskan merantau ke kalimantan. Sekali-dua, beliau juga ikut membantu proses pemanenan/penyadapan karet perusahaan. Layaknya pekerja lapang pada umumnya, sedikit (kalau tidak mau dibilang tidak ada) yang bisa dibanggakan tentang penghasilan bapak. Singkatnya, keluarga kami adalah keluarga yang sederhana, ujarnya dalam tulisan blog pribadinya. Mungkin, kelihaian ibu me-manage keuangan keluarga lah yang membuat kami, ketiga anaknya dapat bersekolah laiknya anak-anak lainnya, bahkan menyekolahkan kakak saya hingga jenjang D3.
Dalam kutipan blog pribadinya Pararawendy menceritakan perjalanan hidupnya hingga mencapai pencapaian sampai saat ini.
Memang, jika coba membandingkan keadaan ekonomi, saya pikir, keluarga saya masih sedikit lebih beruntung dibandingkan dengan mayoritas teman-teman penerima bidikmisi lainnya. Saya pikir, kehidupan keluarga kami masih dapat dikatakan layak (secara sederhana, tentu saja). Dan mungkin fakta itu juga yang membuat saya “ditolak” sebanyak dua kali oleh panitia seleksi Bidik Misi IPB di angkatan saya. Saya baru dinyatakan sebagai penerima Bidik Misi di gelombang penerimaan yang ketiga, gelombang yang terakhir. Tentu saja, saya merasa sangat bersyukur karenanya. Bidik misi menghapus 100% kekhawatiran saya tentang ancaman ketidaklancaran studi (berkenaan dengan ihwal kewajiban administrasi).
Dengan sedikit latar belakang yang saya ceritakan tadi, tentu saja, makna bidikmisi bagi saya adalah priceless! tak ternilai! Tak pernah terbayangkan dalam benak saya sebelumnya bahwa saya bisa bersekolah di universitas sekelas IPB tanpa mengeluarkan uang serupiah pun! Tak pernah terbayang pula dalam benak saya, bagaimana ibu harus memutar otaknya lebih keras menyisihkan gaji bapak yang tak seberapa tadi untuk uang saku dan biaya kuliah saya jika saya tak berjodoh dengan bidik misi ini –walaupun ibu kala itu selalu meyakinkan saya bahwa semua (studi saya) akan baik-baik saja dengan atau tanpa bidikmisi. Karenanya, terimakasih bidikmisi, sungguh terimakasih.
Akhirnya, nyaris empat tahun berlalu. Alhamdulillah, puji syukur tak henti-hentinya saya hadiahkan ke hadirat-Nya, saya berhasil menyelesaikan studi S-1 saya di kampus rakyat ini. Terlebih, saya lulus dengan transkrip yang hanya memuat satu huruf saja, A. Benar, saya lulus dengan IPK 4.00. Saya dedikasikan pencapaian saya ini kepada orang tua saya, Bapak Sularjo, Ibu Asih Indarti, dan tentu saja kepada Bidik Misi.
Setelah resmi menyandang gelar sarjana, rencana saya kedepan adalah sesegera mungkin mendapatkan pegangan. Pegangan dalam artian dua, yakni mendapatkan kepastian untuk melanjutkan studi jenjang master –yang memang saya mimpikan di luar negeri– sesegera mungkin, atau bekerja. Sebab saya masih punya tanggungan satu adik untuk dikuliahkan kelak. Kalau boleh saya bercerita, harapan saya dapat berkarya di lembaga bonafit yang memungkinkan staff nya untuk melanjutkan studi. Jika ditanya lebih spesifik, saya bermimpi untuk berkarya di OJK (Ototritas Jasa Keuangan), sebab OJK adalah lembaga negara dan bidang keilmuannya relatif linear dengan latar belakang keilmuan saya (Finance, actuarial math). Sebab tentu saja, saya masih pemuda yang sama dengan pemuda empat tahun lalu yang ingin melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi, pemuda yang haus akan ilmu!
Keterbatasan tak akan menghentikan sebuah tekat dan keinginan yang kuat, jika kita yakin kita bisa. dengan niat dan kesungguhan, pasti keberhasilan akan datang.
Dari situlah, mari kita belajar dari kehidupan orang lain yang pernah sukses, kita belajar dari mereka apa yang membuat mereka sukses, dan kita terapkan agar kita bisa menjadi lebih baik dan menjadi orang yang lebih berhasil dari sebelumnya.
Regards,
wartaipb.com
Dikutip:
https://pararawendy.wordpress.com/2015/06/19/pararawendy-bidikmisi-dan-mimpi-pasca-kampus/
https://www.youtube.com/watch?v=nh_DKONPmcI
0 komentar:
Posting Komentar