Semua berita seputar kampus IPB (unofficial)

Web Masih Lemot ?

Minggu, 05 Juli 2015

Masih ingat dengan pelajaran sekolah ini budi, ini ibu budi ?
Itu merupakan pelajaran sekolah dasar kelas 1 denga judul belajar membaca dan menulis bukan,
jika kalian masih ingat, coba ingat jasa guru kalian waktu sd dan sekarang kontak beliau, tanyakan kabarnya jika sekarang kamu sudah duduk dikantor dengan gaji yang besar, ataupun memimpin rapat senat yang besar. karena tanpa mereka anda tidak akan bisa jadi seperti sekarang ini.
termasuk seorang presiden sekalipun.


Kali ini om warta akan membahas tentang g jauh-jauh sama sejarah pendidikan indonesia, dimulai dari sekolah dasar. tahukan yang kita bahas tadi, seputar masih ingat dengan Ibu budi dan bapak budi.
siapa mereka ? Bukan, Ibu dan bapak budi adalah ciptaan Ibu Siti rahmani rauf , beliau adalah pembuat buku dan pencipta metode yang dikenang sepanjang masa tersebut.

Siti rahmani rauf Pencipta: “Ini Budi, Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi…”

Dikutip :
aaaaEramuslim.com – Ini Budi. Ini Ibu Budi. Ini Bapak Budi. Ini Wati Kakak Budi. Ini Iwan Adik Budi.
Bagi mereka yang mengenyam pendidikan sekolah dasar di era tahun 80-an hingga pertengahan 90-an, mata pelajaran kelas satu SD mungkin akan selalu mereka ingat. Berkat metode pembelajaran bahasa yang sekaligus menggunakan alat peraga, yang disebut Struktur Analitik Sinyesis (SAS) Bahasa Indonesia terasa menyenangkan.
Adalah Siti Rahmani Rauf, wanita asal Sumatera Barat yang menciptakan metode SAS dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas satu. Metode tersebut diciptakannya sekitar awal tahun 1980, setelah dirinya pensiun sebagai guru.
Usianya yang sudah menginjak angka 96, membuatnya kesulitan untuk mengingat sejarah penciptaan metode SAS. Salah satu hal yang diingatnya, dia diminta membuat metode SAS oleh rekannya, yang juga seorang guru.
“Wah, nenek agak lupa. Yang nenek ingat, waktu itu metode itu belum ada,” ujar Rahmani Rauf kepada merdeka.com saat ditemui di rumahnya di kawasan Petamburan, Tanah Abang,Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Anak nomor enam Rahmani Rauf, Kamerni Rauf menjelaskan, saat itu buku peraga belum ada, namun buku paket Bahasa Indonesia telah ada. Buku peraga diperlukan untuk mempermudah dalam membaca dan menulis.
“Jadi buku paket ‘Ini Budi’ sudah ada. Si Budi itu bukan mami yang buat. Yang belum ada itu buku peraga membacanya,” kata Kamerni ketika dihubungi merdeka.com.
“Buku peraga Ini Budi dibuat sekitar 80-an,” kenang Erni.
Kamerni menjelaskan, ibunya, Rahmani Rauf ditawarkan mengerjakan buku peraga oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmani Rauf yang mendapat tawaran ini langsung mengiyakan.
“Waktu itu mami langsung mengiyakan. Waktu ngerjain buku peraga itu, mami sudah pensiun mengajar,” jelas Erni.
Erni menambahkan, saat mengerjakan buku peraga ‘Ini Budi’, dirinya telah menjadi seorang guru. Menurutnya buku peraga itu sangat membantu murid cepat membaca.
“Bukan karena mami saya yang membuatnya ya, jadi saya bilang seperti itu. Hal itu saya dapat dari pengalaman saya mengajar kelas 1SD selama 37 tahun,” ujar Erni.
Di luar dugaan, buku peraga ‘Ini Budi’ sukses dan diminati banyak sekolah, tidak hanya di Jakarta, juga di kota lain di Indonesia. Oleh penerbit, Rahmani Rauf kemudian diberangkatkan haji.
“Mami tahun 86 diberangkatin haji sama penerbit. Waktu buat buku peraga itu, mami tidak pernah minta bayaran. Mami mau ngerjakan proyek itu karena kecintaannya pada dunia pendidikan,” ujar Erni.(rz/merdeka)

Regards,
wartaipb.com